Kamus dan Impian
Tulisan ini merupakan tulisan pertama saya yang dimuat dalam buku. Buku bertajuk “Seabad Hassan Shadily” ini diterbitkan oleh Penerbit Babon (CV. Kali Pustaka) dan jika Anda tertarik untuk membacanya silakan memesan langsung pada penerbit.
Tak pernah kusangka, sebuah kamus bahasa dapat membawaku pada mimpi-mimpi indah yang kini terwujud. Selama duduk di bangku sekolah dasar, rasa cintaku tumbuh pada mata pelajaran bahasa Inggris. Pak Syarifudin selalu membuatku rindu untuk mengucapkan kata-kata asing yang amat indah diucapkannya. Padahal guru bertampang ramah itu sungguh amat galak. Setiap pelajaran dimulai, beliau sudah menyiapkan penggaris kayu panjang, yang membuat kami semua bergidik menahan waswas. Namun, dengan penuh percaya diri aku berhasil menjawab setiap pertanyaan yang diajukannya. Membuatku lolos dari sabetan penggaris kayu pada jari jemariku. Nasib berbeda dialami oleh teman-temanku yang berharap kelas ini segera berakhir esok atau selamanya.
Antusiasme yang kurasakan pada bahasa Inggris sejak kelas 3 SD ini agaknya dirasakan betul oleh ayahku. Beliau yang setia menjemputku dari sekolah setiap hari dengan motornya memberiku hadiah di ulang tahunku yang ke-8. Tak pernah akan kulupakan momen itu sepanjang hidupku. Bukan boneka atau sepeda. Beliau menghadiahiku sebuah kamus Bahasa Inggris-Indonesia berukuran kecil yang mudah kubawa kemana-mana. Alangkah bahagianya diriku saat itu.
Kecintaanku pada bahasa Inggris tak pernah lekang oleh waktu. Saat melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah menengah pertama, rasa sayangku padanya bahkan semakin besar. Para guru dan teman-teman hafal betul pada diriku. I love English. Selain itu, banyaknya paparan dari luar membuatku semakin banyak menemukan metode belajar yang tidak membosankan. Aku belajar dari lagu-lagunya Westlife. Kucari liriknya, kuikuti cara pengucapannya, dan kuterjemahkan sendiri untuk mengetahui artinya. Tentu saja menggunakan kamus hadiah ayahku. I miss you, Dad.
Saat menempuh pendidikan di bangku sekolah menengah atas, aku ingat betul saat pertemuan pertama pelajaran bahasa Inggris. Dengan gaya yang santun dan santai, bapak guru bertanya pada kami “Why should we learn English?”. Suasana sangat hening setelah pertanyaan itu. Tak ada satupun tanda-tanda akan ada yang mengeluarkan suara. Dengan gagah berani, aku mengangkat tangan dan menjawab dengan lantang “Because it is an international language”. Sejak saat itu, aku sangat dikenal oleh guru bahasa Inggrisku. Beliau menyuruhku ikut lomba ini itu. Aku senang bukan kepalang.
Suatu hari di rumah, aku menemukan sebuah kamus Bahasa Inggris-Indonesia yang sangat elegan. Kalau dibandingkan kamus milikku, kamus ini bentuknya lebih besar, tulisannya lebih banyak, dan informasinya lebih lengkap. Saat itu tentu saja aku tidak pernah memikirkan tentang siapa pengarang kamus tersebut. Yang kupikirkan adalah siapa gerangan yang membeli kamus ini?
To be continued…
Silakan baca kelanjutannya di buku 🙂